Stamboom Marga Togasitorop, Toga Sianturi, Toga Siburian (Negeri Untemungkur, 1936)

Tarombo Marga Toga Sitorop, Toga Siantoeri dan Toga Siboerian (Negeri Oentemoengkoer, Moeara,  1936) adalah salah satu dokumen historis yang memuat rincian Tarombo dari 3 marga yaitu Toga Sitorop, Toga Sianturi dan Toga Siburian.  File tersebut bisa diunduh melalui link ini:  download here

Dibawah ini adalah contoh halaman 54 dari Stamboom Marga Togasitorop, Toga Sianturi, Toga Siburian (Negeri Untemungkur, 1936) yang menunjukkan:

  1. Simatupang (ditulis: Togasitoepang) mempunyai 3 anak: Togasitorop, Togasiantoeri dan Toga Siboerian.
  2. Togasiantoeri mempunyai 2 anak: Simangonding dan Simataniari (ditulis: Lbn Mataniari).
  3. Simataniari (ditulis: Lbn Mataniari) mempunyai 2 anak:  Baginda Malim dan Toenggoeldolok.
  4. Toenggoeldolok mempunyai 2 anak: O. Sumorang dan D. Buntur (ditulis: Goentor).

 

Hal - 54 dari Stamboom Marga Togasitorop, Toga Sianturi, Toga Siburian (Negeri Untemungkur, 1936)
Hal – 54 dari Stamboom Marga Togasitorop, Toga Sianturi, Toga Siburian (Negeri Untemungkur, 1936)

Sejarah Dan Permasalahan Tarombo (Rekayasa) Sianturi Lumban Gambiri Hasil Seminar di Kisaran (13 – 14 April 2002)

GARIS BESAR (SKEMA) REKAYASA TAROMBO SIANTURI LUMBAN GAMBIRI HASIL SEMINAR TAROMBO DI KISARAN (13-14 APRIL 2002)

Rekayasa Tarombo Sianturi
Rekayasa Tarombo Siannturi

Pendahuluan

Toga Sianturi (sundut 6 dari Si Raja Batak) menikah dengan Anian Nauli boru Manurung (sundut 2 dari Toga Manurung) dan melahirkan dua anak laki-laki yaitu:

  1. Simangonding (menikah dengan Dumiris boru Napitupulu), melahirkan 2 anak laki-laki, yaitu:
    1. Siharinuan (menikah pertama dengan boru Manurung yang melahirkan Mandosi Raja, Bona Ni Onan, Parmassahati, Tuan Di Horbo dan yang kedua dengan boru Manalu Rumahole yang melahirkan Mangoring Dolok, Mangihut Raja dan anak perempuan Siboru Sinambean).
    2. Siata/Silala Lasiak/Buttu Sabungan (menikah dengan boru Hutabarat yang melahirkan Raja Mangaratus, Raja Painidoan dan Jahaulubalang).
  2. Simataniari (menikah dengan Sonta Oloan boru Hutahaean), melahirkan 2 anak laki-laki (dan 2 anak perempuan, yaitu Anting Haomasan menikah dengan Raja Marbun Banjarnahor dan Naulosan menikah dengan Raja Silaban Siponjot), yaitu:
    1. Baginda Malim (menikah dengan boru Manurung yang melahirkan Datu Ronggur dan dengan boru Sarumpaet yang melahirkan Namora Sosualon dan Namora Mandailing).
    2. Tunggul Ni Dolok (menikah dengan boru Hutahaean yang melahirkan Nahundul Di Dolok/Ompu Sumorang dan Datu Buntur).
Hal - 54 dari Stamboom Marga Togasitorop, Toga Sianturi, Toga Siburian (Negeri Untemungkur, 1936)
Bukti bahwa hanya ada 2 anak dari Sianturi yaitu Simangonding dan Simataniari:  Halaman 54 dari Stamboom Marga Togasitorop, Toga Sianturi, Toga Siburian (Negeri Untemungkur, 1936)

Sejarah Dimulainya Kontroversi Sianturi Lumban Gambiri

Kontroversi publik munculnya Sianturi Lumban Gambiri dimulai di tahun 1963. Tahun itu dipilih di Paranginan pengurus Simataniari untuk Pesta Tugu Simataniari yang didirikan di Lobutolong pada tahun 1921. Terpilih sebagai Ketua pengurus Pesta Tugu Simataniari 1963 Kepala Kampung Natan (dari keturunan Baginda Malim) dan Wakil Ketua S.K. Sianturi (dari keturunan Tunggul Ni Dolok). Mulai saat itu timbul perselisihan antara keturunan Baginda Malim dan sebagian keturunan Tunggul Ni Dolok, yang berlarut larut sampai tahun 1978, dan berakhir dengan sebagian dari keturunan Tunggul Ni Dolok menamakan diri mereka Sianturi Lumban Gambiri. Di tarombo (silsilah) Sianturi Lumban Gambiri (dari pertemuan Kisaran) tertulis 3 anak laki-laki dari Sianturi/Anian Nauli boru Manurung dengan urutan: Simangonding, Lumban Gambiri dan Simataniari. Tunggul Ni Dolok yang semula adalah anak kedua dari Simataniari ditulis sebagai anak tunggal dari Lumban Gambiri. Isteri Lumban Gambiri ditulis bernama Pittauli boru Manurung Patubamban di tarombo baru Sianturi Lumban Gambiri.

Tarombo Manurung Tidak Mencatat Nama Lumban Gambiri Sianturi dan Pittauli Br. Manurung (Patubamban)

Tarombo Manurung - PATAMBOR Indonesia

Tarombo Manurung Tahun 1919 Hanya Mencatat 2 Anak Dari Sianturi/ Anian Nauli Br. Manurung Yaitu: 1. Simangonding (Dan 2 Anaknya Raja Harinuan & Silatalasiak); 2. Simataniari (Dan 2 Anaknya Baginda Malim & Tunggul Ni Dolok)

Tarombo Manurung Sibisa 1919

Tarombo Manurung tahun 1919 hanya mencatat 2 anak dari Sianturi/ Anian Nauli Br. Manurung yaitu: 1. Simangonding (dan 2 anaknya Raja Harinuan & Silatalasiak); 2. Simataniari (dan 2 anaknya Baginda Malim & Tunggul Ni Dolok)

Sejarah Seminar Tarombo Di Kisaran (13-14 April 2002) Yang Melahirkan Buku Tarombo (Rekayasa) Sianturi Lumban Gambiri

Pada tanggal 13-14 April, 2002 Pengurus Sianturi Lumban Gambiri menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) Seminar Tarombo Sianturi Lumban Gambiri di Kisaran, Sumut untuk mengubah secara resmi Tarombo Sianturi yang asli, dimana 2 anak Sianturi/Anian Nauli br. Manurung, yaitu Simangonding dan Simataniari diubah menjadi 3 anak, dengan urutan:  Simangonding, Lumban Gambiri dan Simataniari.  Musyawarah Nasional Seminar Tarombo Sianturi Lumban Gambiri tersebut menghasilkan Buku Tarombo resmi Sianturi Lumban Gambiri.

Screen Shot 2020-01-29 at 19.16.11
Musyawarah Nasional Seminar Tarombo (Rekayasa) Sianturi Lumban Gambiri di Kisaran, Sumut (13-14 April, 2002) Yang Mengganti Tarombo Asli Sianturi.
Screen Shot 2020-01-29 at 19.15.12
Peserta Musyawarah Nasional Seminar Tarombo (Rekayasa) Sianturi Lumban Gambiri di Kisaran, Sumut (13-14 April, 2002) Yang Mengganti Tarombo Asli Sianturi.
Screen Shot 2020-01-29 at 19.13.32
Buku Tarombo Hasil Musyawarah Nasional Seminar Tarombo (Rekayasa) Sianturi Lumban Gambiri di Kisaran, Sumut (13-14 April, 2002) Yang Mengganti Tarombo Asli Sianturi.
Screen Shot 2020-01-29 at 19.14.13
Enter a Buku Tarombo Hasil Musyawarah Nasional Seminar Tarombo (Rekayasa) Sianturi Lumban Gambiri di Kisaran, Sumut (13-14 April, 2002) Yang Mengganti Tarombo Asli Sianturi.caption
Screen Shot 2020-01-29 at 19.14.44
Skema Tarombo Sianturi Lumban Gambiri diatas, di buku Tarombo Sianturi Lumban Gambiri (2002)  hasil Musyawarah Nasional Seminar Tarombo (Rekayasa) di Kisaran, Sumut (13-14 April, 2002) yang mengganti Tarombo asli Sianturi mempunyai  kesalahan sebagai berikut:  1) Lumban Gambiri tidak tercatat di Tarombo Manurung sebagai anak dari Anian Nauli br. Manurung.  2) Pittauli Br. Manurung Patumbamban, “isteri” dari Lumban Gambiri Sianturi tidak tercatat di Tarombo Manurung Hutagurgur Patubamban  3) Anak dari Simataniari/Sonta Oloan Br. Hutahaean bukan 1 melainkan 2 yaitu:  Baginda Malim dan Tunggul Ni Dolok, sesuai dengan Stamboom Marga Togasitorop, Toga Sianturi, Toga Siburian (Negeri Untemungkur, 1936) dan Tarombo Hutahaean.

Analisa Buku Tarombo (Rekayasa) Sianturi Lumban Gambiri Hasil Seminar Di Kisaran (13-14 April 2002)

Analisa Buku Tarombo Sianturi Lumban Gambiri
Analisa Buku Tarombo Hasil Musyawarah Nasional Seminar Tarombo (Rekayasa) Sianturi Lumban Gambiri di Kisaran, Sumut (13-14 April, 2002) Yang Mengganti Tarombo Asli Sianturi.

Tarombo resmi dari Sianturi Lumban Gambiri mempunyai banyak kemustahilan (lihat gambar diatas untuk referensi Tarombo Manurung dan gambar bawah untuk referensi Tarombo resmi Sianturi Lumban Gambiri hasil pertemuan Kisaran (13-14 April, 2002) dari Pengurus Sianturi Lumban Gambiri), antara lain:

  1. Lumban Gambiri tidak tercatat sebagai anak dari Anian Nauli boru Manurung (sundut 2 dari Tarombo Manurung) di Tarombo Toga Manurung. Di tarombo Manurung, yang tercatat sebagai anak dari Sianturi dan Anian Nauli boru Manurung hanya Simangonding dan Simataniari.
  2. Isteri dari Lumban Gambiri menurut Tarombo Sianturi Lumban Gambiri adalah Pittauli boru Manurung Patubamban. Manurung Patubamban adalah sundut 5 Toga Manurung dan hanya mempunyai 2 anak laki-laki (sundut 6) yaitu: Amani Patubamban dan Ompu Talutuk. Berarti kalau ada seorang Pittauli boru Manurung Patubamban, minimal dia adalah sundut 7 dari Toga Manurung. Tidak mungkin Anian Nauli (sundut 2 Toga Manurung) mempunyai menantu perempuan Pittauli (sundut 7 Toga Manurung), berbeda 5 sundut. Kalau 1 sundut sekitar 25 tahun, berarti beda umur Anian Nauli dan Pittauli sekitar 125 tahun. . Fakta ini juga mematahkan mitos bahwa “Lumban Gambiri” adalah sosok yang meninggal muda. Apabila benar ada sosok “Lumban Gambiri” dan dia menunggu 5 sundut boru Manurung untuk kawin, mustahil dia mati muda.
  3. Tarombo Manurung juga menulis tidak ada boru Manurung sundut 3 yang menikah dengan marga Sianturi.
  4. Tarombo Sianturi Lumban Gambiri menulis isteri Simangonding adalah boru Manurung juga, padahal Simangonding menikah dengan boru Napitupulu.
  5. Tarombo Simataniari menulis anak Tunggul Ni Dolok adalah Ompu Sumorang dan Datu Buntur. Tarombo Lumban Gambiri menulis yang sama. Berarti Tunggul Ni Dolok yang tertulis sebagai anak kedua dari Simataniari di Tugu Simataniari 1921 di Lobutolong, diganti oleh “keturunan” Sianturi Lumban Gambiri menjadi anak tunggal Lumban Gambiri.
  6. Tarombo Hutahean menulis bahwa Simataniari Sianturi adalah anak ke 2 dari Raja Sianturi. Dituliskan di Tarombo Hutahaean tersebut bahwa Simataniari Sianturi/ Sonta Oloan Br. Hutahaean mempunyai 2 anak yaitu Baginda Malim dan Tunggul Ni Dolok, sesuai dengan prasasti di Tugu Raja Simataniari Sianturi di Lobutolong, Paranginan. Dengan demikian data di buku Tarombo Sianturi Lumban Gambiri (Kisaran 2002) yang menyatakan bahwa Simataniari Sianturi/ Sonta Oloan Br. Hutahaean hanya mempunyai 1 anak (Baginda Malim) dan Tunggul Ni Dolok di lahirkan oleh Lumban Gambiri Sianturi/ Pittauli Br. Manurung adalah tidak benar.

Tarombo Hutahaean Menulis Bahwa Simataniari Sianturi/ Sonta Oloan Br. Hutahaean Mempuyai 2 Anak: Baginda Malim Dan Tunggul Ni Dolok, Sesuai Dengan Prasasti Di Tugu Raja Simataniari Sianturi Di Lobutolong, Paranginan. Tertulis Juga Di Tarombo Hutahaean Bahwa Tunggul Ni Dolok Isterinya Adalah Pittauli Br. Hutahaean, Boruni Raja Baringin Hutahaean Yang Melahirkan Ompu Sumorang Dan Datu Buntur.

Tarombo Hutahaean dan hubunganya dengan Tarombo Sianturi Simataniari
Tarombo Hutahaean dan hubunganya dengan Tarombo Sianturi Simataniari

Sejarah Berdirinya Tugu Sianturi Lumban Gambiri (20 Agustus 1978) Di Sosor Sihilap

Pada tanggal 20 Agustus 1978, kelompok Simataniari Tunggul Ni Dolok yang mengaku sebagai “keturunan” Sianturi Lumban Gambiri mendirikan Tugu mereka di Sosor Sihilap, Muara, Tapanuli Utara. S.K. Sianturi, yang pernah menjadi Wakil Ketua Pesta Tugu Simataniari (dari Tunggul Ni Dolok) di tahun 1963, adalah Ketua Panitia Pesta Peresmian Tugu Sianturi Lumban Gambiri di tahun 1978, yang merupakan salah satu bukti berpindahnya sebagian keturunan Tunggul Ni Dolok Simataniari menjadi Tunggul Ni Dolok Lumban Gambiri. Sebagian dari keturunan Simataniari Tunggul Ni Dolok masih tetap mengaku sebagai Sianturi Simataniari sampai saat ini. Pesta Peresmian Tugu Lumban Gambiri 1978 juga penuh dengan kontroversi. S.K. Sianturi sebagai Ketua Panitia Pesta Peresmian Tugu Sianturi Lumban Gambiri 1978 menanda tangani pernyataan bahwa sampai isu tarombo/silsilah antara Simataniari dan Lumban Gambiri diselesaikan, kelompok yang menamakan dirinya Sianturi Lumban Gambiri tidak akan memanggil adik/kakak kepada keturunan Simataniari dan mencabut undangan di harian SIB Medan tanggal 18 Agustus 1978 (halaman VIII) yang menyebut Simataniari sebagai “Anggidoli” (adik).

Surat Pernyataan Antara Sianturi Simataniari Dan Sianturi Lumban Gambiri (21 Agustus 1978)

Surat Pernyataan Peresmian Tugu Sianturi Lumban Gambiri 21 Aug 1978
Surat Pernyataan Peresmian Tugu Sianturi Lumban Gambiri 21 Aug 1978

Ralat Undangan Peresmian Tugu Sianturi Lumban Gambiri Di Harian “Sib” 18 Agustus 1978 Halaman Viii Oleh S.K. Sianturi, Ketua Panitia Pesta Peresmian

Ralat Undangan Peresmian Tugu Sianturi Lumban Gambiri 21 Aug 1978
Ralat Undangan Peresmian Tugu Sianturi Lumban Gambiri 21 Aug 1978

Referensi    

  1. Wikipedia Bahasa Indonesia – Ensiklopedia Bebas – Sianturi: https://id.wikipedia.org/wiki/Sianturi
  2. W. M. Hutagalung, “PUSTAHA BATAK, Tarombo dohot ni Turiturian Bangso Batak“, Penerbit Tulus Jaya, 1991.
  3. Ida Cynthia Simatupang “Ahu Marga Simatupang.” (PABRS, 2012).
  4. Stamboom Marga Togasitorop, Toga Siantoeri, Toga Siboerian (Negeri Oentemoengkoer, 1936 – halaman 54).
  5. O.H. Sihite Panderadja “Tarombo Si Raja Batak” (Medan, 11 Pebruari 1941).
  6. Tarombo Manurung Hutagurgur: http://tuansogarmanurung.org/images/TSM/pdf/Silsilah%20Manurung%20Hutagurgur%20sampai%20generasi%20ke%206.pdf

Bukti Tarombo Sianturi (Simangonding dan Simataniari) Di “Tarombo Si Raja Batak” Oleh O.H. Sihite Panderadja (Medan, 11 Pebruari 1941)

Salah satu dokumen bersejarah mengenai Tarombo Raja Batak adalah yang ditulis oleh O.H. Sihite Panderadja di Medan, 11 Pebruari, 1941.  Didalam dokumen tersebut (dibaca sesuai dengan arah jarum jam) tertulis bahwa Sianturi mempunyai 2 anak yaitu Simangonding dan Simataniari (ditulis: L. Mataniari).

Dokumen tersebut selaras dengan beberapa dokumen historis lainnya seperti:

  1. Tarombo Manoeroeng (13 Djuni, 1919) dari Sibisa.
  2. Tarombo Marga Toga Sitorop, Toga Siantoeri dan Toga Siboerian (Negeri Oentemoengkoer, 1936) – halaman 54.
  3. Tarombo Manurung – Patambor,  1991/2015/2017/2018
    http://tuansogarmanurung.org/images/TSM/pdf/Silsilah%20Manurung%20Hutagurgur%20sampai%20generasi%20ke%206.pdf
  4. Tarombo Si Raja Batak”  Oleh O.H. Sihite Panderadja (Medan, 11 Pebruari 1941) unduh disini
Bukti Tarombo Sianturi (Simangonding dan Simataniari) Di "Tarombo Si Raja Batak" Oleh O.H. Sihite Panderadja (Medan, 11 Pebruari 1941)
Bukti Tarombo Sianturi (Simangonding dan Simataniari) Di “Tarombo Si Raja Batak” Oleh O.H. Sihite Panderadja (Medan, 11 Pebruari 1941)
Tarombo Batak Kuno
Bukti Tarombo Sianturi (Simangonding dan Simataniari) Di “Tarombo Si Raja Batak” Oleh O.H. Sihite Panderadja (Medan, 11 Pebruari 1941)

Tarombo Manurung 13 Juni, 1919 (Sibisa): Silsilah 2 Anak Dan 4 Cucu Laki-laki Dari Pernikahan Sianturi/Anian Nauli br. Manurung – 1) Simangonding melahirkan Raja Harinuan dan Silatalasiak; 2) Simataniari melahirkan Baginda Malim dan Tunggul Ni Dolok

Tarombo Manurung Sibisa 1919

Tarombo Manurung 13 Juni, 1919 (Sibisa): Silsilah 2 Anak Dan 4 Cucu Laki-laki Dari Pernikahan Sianturi/Anian Nauli br. Manurung – 1) Simangonding melahirkan Raja Harinuan dan Silatalasiak; 2) Simataniari melahirkan Baginda Malim dan Tunggul Ni Dolok

Tarombo Manurung 13 Juni, 1919 (Sibisa): Silsilah 2 Anak Dan 4 Cucu Laki-laki Dari Pernikahan Sianturi/Anian Nauli br. Manurung - 1) Simangonding melahirkan Raja Harinuan dan Silatalasiak; 2) Simataniari melahirkan Baginda Malim dan Tunggul Ni Dolok
Tarombo Manurung 13 Juni, 1919 (Sibisa): Silsilah 2 Anak Dan 4 Cucu Laki-laki Dari Pernikahan Sianturi/Anian Nauli br. Manurung – 1) Simangonding melahirkan Raja Harinuan dan Silatalasiak; 2) Simataniari melahirkan Baginda Malim dan Tunggul Ni Dolok

Hubungan Tarombo Manurung Dan Tarombo Sianturi: Lahirnya 2 Anak Dari Anian Nauli br. Manurung yaitu Simangonding Sianturi dan Simataniari Sianturi.

Tarombo Manurung - PATAMBOR Indonesia

Tarombo Manurung merupakan dokumen yang penting untuk melengkapi Tarombo marga Sianturi. 

Seperti yang digambarkan diatas, Toga Manurung (sundut 1) mempunyai 3 anak laki-laki (Manurung Hutagurgur, Manurung Hutagaol, Manurung Simanoroni) disundut 2. 

Selain ke 3 anak laki-laki diatas, Toga Manurung juga mempunyai 2 anak perempuan di sundut 2:

  1. Pintahaomasan menikah dengan Raja Tambun dan melahirkan 3 anak laki-laki:  Tambun Mulia, Tambun Saribu dan Tambun Marbun
  2. Anian Nauli menikah dengan Raja Sianturi dan melahirkan 2 anak laki-laki:  Simangonding dan Simataniari.

TAROMBO MARGA SIMATUPANG

Materi blog ini diambil sebagian dari Wikipedia Bahasa Indonesia tentang marga “Simatupang”.

Simatupang adalah salah satu marga Batak, yang berasal dari Muara, Tapanuli Utara, dan merupakan putra kelima dari Raja Lontung.

I. Keturunan Marga Simatupang

Tarombo Simatupang 3 January 2021

Toga Simatupang (sundut 5 dari Si Raja Batak) menikah dengan boru Sipaettua dan melahirkan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan. Berikut adalah ketiga anak laki-lakinya:

  1. Togatorop, menikah dengan boru Sipaettua – (Boru ni Si Raja Partano Nai Borngin), dan melahirkan 2 anak laki-laki, yaitu:
    1. Parbarumbung (Panopo Mas) menikah dengan boru Gultom dan melahirkan Ompu Tuan Dolok.
    2. Baginda Mulana menikah dengan boru Sarumpaet dan melahirkan Bagot Sinta.
  2. Sianturi, menikah dengan boru Manurung, dan melahirkan 2 anak laki-laki yaitu:
    1. Simangonding, menikah dengan boru Napitupulu, dan melahirkan 2 anak laki-laki yaitu:  Siharinuan dan Siata/ Silala Lasiak (Buttu Sabungan).
    2. Simataniari, menikah dengan boru Hutahaean, dan melahirkan 2 anak laki-laki yaitu:  Baginda Malim dan Tunggul Ni Dolok.
  3. Siburian, menikah dengan boru Tamba, dan melahirkan 2 anak laki-laki yaitu:
    1. Tuan Nahum, menikah dengan boru Tamba, dan melahirkan Guru Sounangon.
    2. Tuan Napang, menikah dengan boru Tamba, dan melahirkan 2 anak laki-laki yaitu: Tuan Naungkup (Parbaju Bosi) dan Raja Sialaman (Datu Panggana Mora Debata).

Dua anak perempuan dari Simatupang dan boru Sipaettua adalah Mangiring Omas (menikah dengan Raja Hasibuan) dan Nai Pinggan Matio.

II. Beberapa Tokoh Bermarga Simatupang

  • Batara Ningrat Simatupang
  • Iwan Simatupang
  • Taufan Gama Simatupang
  • T.B. Simatupang
  • Landung Simatupang
  • Julianus Pamilang Siborutorop Togatorop
  • Raja Oelam Simatupang
  • Rajani Simatupang
  • Tapi Omas Ihromi boru Simatupang
  • Marangin Simatupang
  • Talas Sianturi
  • Ardin Jansen Muler Simatupang
  • Maurits D.S. Simatupang
  • Djongguk Simatupang
  • Kadirun Mangara Simatupang
  • Ria Radja Hasiholan Simatupang
  • R.M. Simatupang
  • Banje Paruhuman Simatupang
  • Benny Djohan Simatupang
  • St. Tumpak Sianturi
  • Hotan Simatupang
  • Tahi Antoon Muara (TAM) Simatupang
  • M.H. Togatorop
  • Patia Mamontang Simatupang
  • J.M.T. Simatupang
  • Saferland Simatupang
  • Soaloon Simatupang
  • Pantjar Simatupang
  • Ricardo Simatupang
  • Hinsa Siburian
  • Batara Sianturi
  • Donsuwan Simatupang
  • Johannes Simatupang
  • Pay Siburian
  • Renatus Siburian

III. Referensi

  • W. M. Hutagalung, “PUSTAHA BATAK, Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak“, Penerbit Tulus Jaya, 1991
  • Ida Cynthia Simatupang “Ahu Marga Simatupang.” (PABRS, 2012)
  • Stamboom Marga Togasitorop, Toga Siantoeri, Toga Siboerian (Negeri Oentemoengkoer, 1936)
  • O.H. Sihite Panderadja “Tarombo Si Raja Batak” (Medan, 11 Pebruari 1941)
  • Tarombo Manurung Hutagurgur

TAROMBO MARGA SIANTURI

Materi blog ini diambil sebagian dari Wikipedia Bahasa Indonesia tentang marga “Sianturi”.

Sianturi adalah salah satu marga Batak, yang berasal dari Muara, Tapanuli Utara. Sianturi merupakan anak kedua dari pasangan Simatupang dan isterinya boru Sipaettua yang melahirkan 3 anak laki-laki: TogatoropSianturi dan Siburian dan 2 anak perempuan Nai Mangiring Omas (menikah dengan Raja Hasibuan) dan Nai Pinggan Matio.

I. Keturunan Marga Sianturi

Tarombo Sianturi
Tarombo Sianturi

Toga Sianturi (sundut 6 dari Si Raja Batak) menikah dengan Anian Nauli boru Manurung (sundut 2 dari Toga Manurung) dan melahirkan dua anak laki-laki yaitu:

  1. Simangonding (menikah dengan boru Napitupulu), melahirkan 2 anak laki-laki, yaitu:
    1. Siharinuan (menikah pertama dengan boru Manurung yang melahirkan Mandosi Raja, Bona Ni Onan, Parmassahati, Tuan Di Horbo dan yang kedua dengan boru Manalu Rumahole yang melahirkan Mangoring Dolok, Mangihut Raja dan anak perempuan Siboru Sinambean).
    2. Siata/Silala Lasiak/Buttu Sabungan (menikah dengan boru Hutabarat yang melahirkan Raja Mangaratus, Raja Painidoan dan Jahaulubalang).
  2. Simataniari (menikah dengan boru Hutahaean), melahirkan 2 anak laki-laki (dan 2 anak perempuan, yaitu Anting Haomasan menikah dengan Raja Marbun Banjarnahor dan Naulosan menikah dengan Raja Silaban Siponjot), yaitu:
    1. Baginda Malim (menikah dengan boru Manurung yang melahirkan Datu Ronggur dan dengan boru Sarumpaet yang melahirkan Namora Sosualon dan Namora Mandailing).
    2. Tunggul Ni Dolok (menikah dengan boru Hutahaean yang melahirkan Nahundul Di Dolok/Ompu Sumorang dan Datu Buntur).

Simangonding tidak mempunyai tugu. Simataniari mempunyai tugu di Lobutolong, Paranginan (dibangun tahun 1921) dimana ditulis Raja Simataniari Sianturi dan isterinya Sonta Oloan boru Hutahaeanmelahirkan 2 anak laki-laki yaitu Baginda Malim dan Tunggul Ni Dolok.

II. Tarombo Manurung and hubungannya dengan marga Sianturi

Tarombo Manurung - PATAMBOR IndonesiaTarombo Manurung merupakan dokumen yang penting untuk melengkapi Tarombo marga Sianturi.  Seperti yang digambarkan diatas, Toga Manurung (sundut 1) mempunyai 3 anak laki-laki (Manurung Hutagurgur, Manurung Hutagaol, Manurung Simanoroni) disundut 2.

Selain ke 3 anak laki-laki diatas, Toga Manurung juga mempunyai 2 anak perempuan di sundut 2:

  1. Pintahaomasan menikah dengan Raja Tambun dan melahirkan 3 anak laki-laki:  Tambun Mulia, Tambun Saribu dan Tambun Marbun
  2. Anian Nauli menikah dengan Raja Sianturi dan melahirkan 2 anak laki-laki:  Simangonding dan Simataniari.

III. Kontroversi Sianturi Lumban Gambiri

Rekayasa Tarombo Sianturi Lumban Gambiri
Rekayasa Tarombo Sianturi Lumban Gambiri

Kontroversi publik munculnya Sianturi Lumban Gambiri dimulai di tahun 1963. Tahun itu dipilih di Paranginan pengurus Simataniari untuk Pesta Tugu Simataniari yang didirikan di Lobutolong pada tahun 1921. Terpilih sebagai Ketua pengurus Pesta Tugu Simataniari 1963 Kepala Kampung Natan (dari keturunan Baginda Malim) dan Wakil Ketua S.K. Sianturi (dari keturunan Tunggul Ni Dolok). Mulai saat itu timbul perselisihan antara keturunan Baginda Malim dan sebagian keturunan Tunggul Ni Dolok, yang berlarut larut sampai tahun 1978, dan berakhir dengan sebagian dari keturunan Tunggul Ni Dolok menamakan diri mereka Sianturi Lumban Gambiri. Di tarombo (silsilah) Sianturi Lumban Gambiri (dari pertemuan Kisaran) tertulis 3 anak laki-laki dari Sianturi/Anian Nauli boru Manurung dengan urutan: Simangonding, Lumban Gambiri dan Simataniari. Tunggul Ni Dolok yang semula adalah anak kedua dari Simataniari ditulis sebagai anak tunggal dari Lumban Gambiri. Isteri Lumban Gambiri ditulis bernama Pittauli boru Manurung Patubamban di tarombo baru Sianturi Lumban Gambiri.

Tarombo resmi dari Sianturi Lumban Gambiri mempunyai banyak kemustahilan, antara lain:

  1. Lumban Gambiri tidak tercatat sebagai anak dari Anian Nauli boru Manurung (sundut 2 dari Tarombo Manurung) di Tarombo Toga Manurung. Di tarombo Manurung, yang tercatat sebagai anak dari Sianturi dan Anian Nauli boru Manurung hanya Simangonding dan Simataniari.
  2. Isteri dari Lumban Gambiri menurut Tarombo Sianturi Lumban Gambiri adalah Pittauli boru Manurung Patubamban. Manurung Patubamban adalah sundut 5 Toga Manurung dan hanya mempunyai 2 anak laki-laki (sundut 6) yaitu: Amani Patubamban dan Ompu Talutuk. Berarti kalau ada seorang Pittauli boru Manurung Patubamban, minimal dia adalah sundut 7 dari Toga Manurung. Tidak mungkin Anian Nauli (sundut 2 Toga Manurung) mempunyai menantu perempuan Pittauli (sundut 7 Toga Manurung), berbeda 5 sundut. Kalau 1 sundut sekitar 25 tahun, berarti beda umur Anian Nauli dan Pittauli sekitar 125 tahun. . Fakta ini juga mematahkan mitos bahwa “Lumban Gambiri” adalah sosok yang meninggal muda. Apabila benar ada sosok “Lumban Gambiri” dan dia menunggu 5 sundut boru Manurung untuk kawin, mustahil dia mati muda.
  3. Tarombo Manurung juga menulis tidak ada boru Manurung sundut 3 yang menikah dengan marga Sianturi.
  4. Tarombo Sianturi Lumban Gambiri menulis isteri Simangonding adalah boru Manurung juga, padahal Simangonding menikah dengan boru Napitupulu.
  5. Tarombo Simataniari menulis anak Tunggul Ni Dolok adalah Ompu Sumorang dan Datu Buntur. Tarombo Lumban Gambiri menulis yang sama. Berarti Tunggul Ni Dolok yang tertulis sebagai anak kedua dari Simataniari di Tugu Simataniari 1921 di Lobutolong, diganti oleh “keturunan” Sianturi Lumban Gambiri menjadi anak tunggal Lumban Gambiri.

Pada tanggal 20 Agustus 1978, kelompok Simataniari Tunggul Ni Dolok yang mengaku sebagai “keturunan” Sianturi Lumban Gambiri mendirikan Tugu mereka di Sosor Sihilap, Muara, Tapanuli Utara. S.K. Sianturi, yang pernah menjadi Wakil Ketua Pesta Tugu Simataniari (dari Tunggul Ni Dolok) di tahun 1963, adalah Ketua Panitia Pesta Peresmian Tugu Sianturi Lumban Gambiri di tahun 1978, yang merupakan salah satu bukti berpindahnya sebagian keturunan Tunggul Ni Dolok Simataniari menjadi Tunggul Ni Dolok Lumban Gambiri. Sebagian dari keturunan Simataniari Tunggul Ni Dolok masih tetap mengaku sebagai Sianturi Simataniari sampai saat ini. Pesta Peresmian Tugu Lumban Gambiri 1978 juga penuh dengan kontroversi. S.K. Sianturi sebagai Ketua Panitia Pesta Peresmian Tugu Sianturi Lumban Gambiri 1978 menanda tangani pernyataan bahwa sampai isu tarombo/silsilah antara Simataniari dan Lumban Gambiri diselesaikan, kelompok yang menamakan dirinya Sianturi Lumban Gambiri tidak akan memanggil adik/kakak kepada keturunan Simataniari dan mencabut undangan di harian SIB Medan tanggal 18 Agustus 1978 (halaman VIII) yang menyebut Simataniari sebagai “Anggidoli” (adik).

IV. Referensi    

  1. Wikipedia Bahasa Indonesia – Ensiklopedia Bebas – Sianturi: https://id.wikipedia.org/wiki/Sianturi
  2. W. M. Hutagalung, “PUSTAHA BATAK, Tarombo dohot ni Turiturian Bangso Batak“, Penerbit Tulus Jaya, 1991.
  3. Ida Cynthia Simatupang “Ahu Marga Simatupang.” (PABRS, 2012).
  4. Stamboom Marga Togasitorop, Toga Siantoeri, Toga Siboerian (Negeri Oentemoengkoer, 1936 – halaman 54).
  5. O.H. Sihite Panderadja “Tarombo Si Raja Batak” (Medan, 11 Pebruari 1941).
  6. Tarombo Manurung Hutagurgur: http://tuansogarmanurung.org/images/TSM/pdf/Silsilah%20Manurung%20Hutagurgur%20sampai%20generasi%20ke%206.pdf